Blog TB/KB/TKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta

"Dan hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An Nisaa' : 9)


Pendataan siswa baru tahun ajaran 2013/2014 bisa lihat di sini


Sabtu, 10 April 2010

Maafkan Kami Bu Guru

Sering kita dihadapkan pada kondisi sulit, saat menghadapi anak-anak. Mulai dari yang susah bangun pagi, susah mandi, makannya lama, atau yang menangis tidak mau sekolah. Bila seorang ibu atau ayah di rumah yang dihadapi hanya satu, dua anak atau paling banyak ada yang sampai Rata Penuh13 anak. Tapi bu guru harus berhadapan dengan 15- 25 anak dalam satu kelas setiap harinya. Persoalan ini akan terus terjadi selama kita mendidik mereka, anak-anak kita generasi penerus kita, calon pemimpin di masa depan. Akankan kita menyerah dengan segala kerepotan tersebut?
Tentu jawabannya TIDAK…………..kita semua sangat senang dan bahagia memelihara, menjaga, mendidik, dan membesarkannya. Karenanya kita selalu berusaha belajar dan mencari solusi segala kesulitan yang kita hadapi. Berdasarkan informasi dalam sebuah buku, kemampuan kita menghadapi anak-anak kita sangat tergantung pada pengenalan awal kita pada mereka. Maka akan lebih baik bila kita fahami apa sesungguhnya Kemampuan Awal sebagai salah satu karakteristik anak yang harus diketahui para pendidik.

Mewaspadai Kekerasan Seksual pada Anak

Permasalahan kekerasan seksual pada anak sangat memprihatinkan karena dampak negative luar biasa yang dialami anak setelah kejadian bahkan setelah kejadian berlalu. Memori tentang kekerasan seksual yang dialami seringkali tidak akan hapus dengan berjalannya waktu. Kekerasan dan pelecehan seksual bukan sekedar perbuatan fisik seperti pemerkosaan, perabaan bagian tertentu atau mencium paksa. Perbuatan ini juga menggempur psikologis dan kepribadian anak. Anak bisa menjadi apatis, rendah diri, mudah menyerah, dan mempunyai konsep diri negative seperti merasa menjadi orang yang paling hina.

Selasa, 23 Maret 2010

Jurus Patuh Pada Guru dan Dokter

Diusia pra sekolah, anak-anak secara alamiah mulai gemar berinteraksi dengan lingkungan sekitar, apalagi bila orang tua sering mengutip ucapan guru atau dokter sebagai “senjata” menghadapi si kecil yang tidak menurut, misal : “kata bu guru, kamu harus cepat tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah.” Atau “ayo, bu dokter waktu itu pesan apa? Kamu tidak boleh banyak makan permen kan biar gigimu bagus?” Strategi seperti ini, memang efektif dan kadang di perlukan. Dengan catatan, bila kebutuhannya sangat mendesak. Jika terus menerus digunakan pada anak, bisa muncul anggapan guru atau dokter adalah panutan yang harus dipatuhi, sedangkan orang tua tidak. Lama kelamaan bisa muncul sikap membangkang pada orang tua. Jadi orang tua pun harus bisa menanamkan kepatuhan dalam diri anak tanpa perlu menjadikan figur lain seperti guru atau dokter sebagai tameng.

Senin, 01 Februari 2010

UKHUWWAH ISLAMIYAH

Ukhuwwah, persatuan, persaudaraan apapun istilahnya merupakan pondasi bagi kejayaan islam dan kebangkitan umatnya. Begitu pentingnya arti Ukhuwah dalam islam sehingga Allah SWT menurunkan suatu pedoman bagi kita didalam Al-Quran mengenai bagaimana supaya Ukhuwah di antara umat islam tetap terjaga dan tidak menjadi rusak yang akhirnya mengakibatkan kehancuran bagi umat islam itu sendiri. Salah satu pedoman yang diberikan Allah SWT agar Ukhuwah tetap terjaga adalah dengan diturukankan Surat Al-Hujurat ayat 11 : 12

Belajar Dari Husain

Pembaca setia buletin Salman, mungkin Anda pernah membaca buku yang berjudul “Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Qur’an” yang ditulis oleh Dina Y.Sulaeman (2007). Memang segalanya tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Diantaranya untuk menganugrahkan kemampuan luar biasa pada anak yang baru berusia 5 tahun, dimana dia mampu menghafal seluruh isi Al Qur’an, bisa menterjemahkan arti tiap ayat ke dalam bahasa ibunya (bahasa Persia), mampu memahami makna ayat-ayat tersebut dan bisa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Dialah Sayyid Muhammad Husein Tabataba’I yang memperoleh hidayah Allah SWT. Pada usia 7 tahun, Ia mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dalam bidang “Science of The Retention of The Holy Qur’an”. Kita sebagai orang tua atau pendidik tentu sangat mengidamkan untuk memiliki anak seperti dia.

ANAKKU..AYAH-IBU MEMAHAMIMU...

Anak dalam perspektif Islam merupakan amanah dari Allah SWT. Amanah yang diberikan langsung Oleh Allah kepada setiap orang tua. Sehingga sudah sewajarnya jika orang tua yang lebih dahulu harus memahami anaknya.
Upaya yang dapat kita lakukan dalam memahami anak-anak,
1. Menjaga Fitrah anak
Modal utama menjaga fitrah anak adalah cinta dan kelemah lembutan. Bila anak melakukan kesalahan bolehlah orang tua mengingatkan, mengkritik, namun jangan sampai merusak harga diri dan rasa percaya diri. Saat mengoreksi harus lebih menekankan pada tingkah laku anak yang salah. Ada Kisah seorang ibu yang memperlakukan anaknya dengan kasar karena anaknya mengompoli Rasulullah saw. Saat itu Rasulullah saw menegur dengan berkata “ Kalau kencing bayi bisa dibersihkan dengan air, tetapi bagaimana menghilangkan sikap kasarmu dari ingatannya?”

Senin, 18 Januari 2010

Menangis Lagi... Menangis Lagi...


Bunda sayang, masih ingatkah saat ananda dilahirkan di dunia ini? Kata pertama yang ananda ucapkan adalah teriakan tangisan. Meski ananda menangis sekeras mungkin tapi ananda masih ingat kalau Bunda dan Ayah bahagia mendengar tangisan ananda. “Alhamdulillah ananda lahir dengan selamat dan sehat. Sesaat kemudian terdengar Ayah menyerukan adzan di disamping telinga ananda, dengan harapan optimis karena seruan adzan tersebut mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah SWT serta syahadat yang menjadi syarat utama bagi seseorang yang baru masuk islam. Tuntunan pengajaran ini menjadi perlambang Islam bagi ananda saat dilahirkan ke alam dunia.