Blog TB/KB/TKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta

"Dan hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An Nisaa' : 9)


Pendataan siswa baru tahun ajaran 2013/2014 bisa lihat di sini


Senin, 01 Februari 2010

Belajar Dari Husain

Pembaca setia buletin Salman, mungkin Anda pernah membaca buku yang berjudul “Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Qur’an” yang ditulis oleh Dina Y.Sulaeman (2007). Memang segalanya tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Diantaranya untuk menganugrahkan kemampuan luar biasa pada anak yang baru berusia 5 tahun, dimana dia mampu menghafal seluruh isi Al Qur’an, bisa menterjemahkan arti tiap ayat ke dalam bahasa ibunya (bahasa Persia), mampu memahami makna ayat-ayat tersebut dan bisa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Dialah Sayyid Muhammad Husein Tabataba’I yang memperoleh hidayah Allah SWT. Pada usia 7 tahun, Ia mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dalam bidang “Science of The Retention of The Holy Qur’an”. Kita sebagai orang tua atau pendidik tentu sangat mengidamkan untuk memiliki anak seperti dia.


Pada kolom ini saya tidak akan membahas secara total mengenai Husein, akan tetapi bagaimana kita selaku pendidik anak (orang tua ataupun guru) mampu mengambil ibrah dari isi buku tersebut. Ada beberapa point penting yang bisa kita catat bahwa:
1) Husein tumbuh besar di tengah lantunan Al Quran
Sudah menjadi kewajiban orang tua untuk memberikan lingkungan yang kondusif agar anak lebih mengenal Allah SWT. Hal itu bisa dimulai sejak anak masih dalam kandungan. Orang tua membaca tilawah atau sering memperdengarkan lantunan ayat-ayat Al Quran setiap hari di rumah. Lebih baik lagi jika ditunjang media-media elektronik yang memudahkan orang tua untuk mengajarkan ke anak seperti kaset atau CD interaktif, buku-buku Islam (My Love Quran, Ensiklopedi Anak Muslim, dll).
Sebuah langkah tepat, dimana orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah IT (Islam Terpadu). Setidaknya anak bisa berada di lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang meskipun semua itu tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah semata tetapi keluarga memiliki peran utama.
2) Husein tetaplah anak kecil yang suka bermain
Seperti apapun besarnya harapan orang tua terhadap anak, tetaplah harus memperhatikan hak-hak anak. Seperti dikatakan dalam buku tersebut bahwa Husein belajar Al Quran ataupun saat dia mengisi forum adalah sambil bermain (mobil-mobilan), dia juga bertengkar dengan saudara-saudaranya. Begitu pula kita sebagai pendidik ataupun orang tua harus paham bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Kita dianjurkan untuk tidak memaksa anak apalagi saat anak sedang asyik bermain dengan sesuatu yang dia pilih. Selagi tidak membahayakan bagi anak mengapa tidak?
Poin ‘tidak boleh memaksa’ ini menjadi sangat penting mengingat akhir-akhir ini berkembang trend yang salah di tengah-tengah masyarakat yang sangat berambisi menjadikan anak-anak mereka sebagai anak-anak yang hebat. Padahal, terbukti bahwa sikap semacam itu lebih banyak menunjukkan egoisme orang tua ketimbang niat tulus untuk berbuat baik kepada anak-anak. Dalam banyak hal, sikap semacam ini malah membuat anak-anak menjadi sangat tertekan. Tentu saja ambisi seperti itu kontradiktif dengan semangat menghafal Al Quran bagi anak-anak.
3) Pembelajaran dengan menggunakan metode yang sesuai
Menghafal Al Quran yang ideal adalah membaca ayat-ayat itu dengan tajwid yang benar, memahami makna kata demi kata, lalu berusaha menyimpannya di jiwa. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang cocok agar mudah dilakukan. Metode isyarat tangan yang dilakukan oleh guru Husein, memang tidak sepenuhnya dilakukan oleh guru-guru di sekolah Islam Terpadu, tetapi sekolah-sekolah berbasis Islam tetap memiliki metode-metode tersendiri dalam mengenalkan Al Quran tentunya metode yang dipilih cukup menyenangkan dan sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Misalnya di Kelompok Bermain Salman Al Farisi, pengenalkan huruf hijaiyah melalui penggunaan kartu, TK-nya sudah mulai diperkenalkan membaca huruf Alqur’an dengan metode qiroati. Metode lainnya yang digunakan yaitu belajar sambil bermain, anak disuruh mengulang-ulang ayat sampai hafal dalam sebuah permainan dan siapa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik diberikan hadiah (reward). Proses penghafalan dan praktek
4) Tauladan
Bila orang tua menginginkan anaknya menjadi pecinta Al Qur’an, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberikan keteladanan untuk mencintai Al Qur’an dan rajin membacanya di rumah.

Mari berlomba-lomba mencintai Al Quran, sehingga cahaya Al Quran senantiasa memancarkan keberkahannya di setiap langkah kita. Amien.
BE ALL YOU CAN BE !!!!!!
Nothing great was ever achievedwithout enthusiasm!

Oleh : Susi Setyaningsih (KB Strobery)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar