Blog TB/KB/TKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta

"Dan hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An Nisaa' : 9)


Pendataan siswa baru tahun ajaran 2013/2014 bisa lihat di sini


Sabtu, 10 April 2010

Mewaspadai Kekerasan Seksual pada Anak

Permasalahan kekerasan seksual pada anak sangat memprihatinkan karena dampak negative luar biasa yang dialami anak setelah kejadian bahkan setelah kejadian berlalu. Memori tentang kekerasan seksual yang dialami seringkali tidak akan hapus dengan berjalannya waktu. Kekerasan dan pelecehan seksual bukan sekedar perbuatan fisik seperti pemerkosaan, perabaan bagian tertentu atau mencium paksa. Perbuatan ini juga menggempur psikologis dan kepribadian anak. Anak bisa menjadi apatis, rendah diri, mudah menyerah, dan mempunyai konsep diri negative seperti merasa menjadi orang yang paling hina.


Kita sebagai orang tua tentu ingin agar anak-anak kita dapat mengisi hari-harinya dengan penuh keceriaan menyongsong masa depannya. Anak-anak dapat tumbuh sehat lahir batin dan berkembang menjadi anak yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsanya. Sebelum ancaman datang, langkah terpenting yang perlu dilakukan adalah melakukan langkah pencegahan. Anak perlu diajarkan untuk menjaga organ seksualnya dari sentuhan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Beruntung sekali anak-anak kita, siswa siswi TKIT Salman Al Farisi sudah diajarkan di sekolah untuk menjaga auratnya dari orang yang bukan muhrimnya. Sekolah juga mengajarkan pola hubungan yang islami antara pria dan wanita yang bukan muhrim. Pendidikan di sekolah ini seyogyanya ditindaklanjuti dengan baik oleh orang tua dalam pengasuhannya di rumah.

Anak seyogyanya juga diajarkan untuk asertif (berani berkata tidak) dengan bahasa yang santun sekaligus memiliki kemampuan self help (menolong diri sendiri) jika ada pihak lain yang mengganggu, menggoda, atau memancing untuk melakukan kekerasan seksual pada anak. Orang tua hendaknya juga membiasakan anak untuk terbuka dalam hal apapun. Dengan demikian orang tua dapat mendeteksi sedini mungkin seandainya ada upaya orang lain untuk melakukan kekerasan seksual pada anak. Kejelian orang tua dapat mengatasi berbagai hambatan yang menjadikan kekerasan seksual yang dialami anak tidak terungkap.

Sebenarnya, sekolah juga dapat memasukkan materi pencegahan kekerasan seksual tujuan utamanya adalah mencegah kekerasan seksual terjadi pada anak. Inti materinya adalah sebagai berikut :
1.Mengajarkan sentuhan yang baik dan buruk atau membingungkan anak.
2.Mengajarkan anak untuk dapat mengontrol siapapun yang menentuh tubuhnya dan bagian-
bagian mana yang tersentuh
3.Mengajarkan anak untuk berani melapor pada orang dewasa yang bertanggung jawab
misalnya orang tua atau guru mengenai sentuhan-sentuhan tidak tepat yang
diterimanya, bahkan seandainyaanak dilarang melaporkan pada siapapun oleh pelaku.
6.Mengajari anak assertive skill terhadap perlakuan kekerasan seksual, misalnya
berkata tidak untuk segala bentuk perlakuan dari orang lain yang menjurus seksual,
melatih bela diri dan sebagainya.

Materi-materi tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk buku-bentuk buku (dapat pula komik untuk siswa yang berusia lebih muda), video tape, bermain peran, atau pertunjukan boneka untuk anak-anak. Jika orang tua dan sekolah seiring sejalan untuk untuk mewaspadai kekerasan seksual pada anak dapat di cegah.
(oleh: Kartika Nur F. Wali murid M. Fauzi Akbar, Kel. A. Lele)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar