Blog TB/KB/TKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta

"Dan hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An Nisaa' : 9)


Pendataan siswa baru tahun ajaran 2013/2014 bisa lihat di sini


Sabtu, 08 Oktober 2011

Seribu Sehari untuk Satu Nyawa

oleh Bu Laras, wali dari Syifa B2 Ungu

Suatu pagi saat saya sedang melipat mukena setelah sholat subuh berjamaah dengan putra saya, dia berkata pada saya dengan wajah yang sangat antusias, “ummi ,boleh ngga ghifar besok kalo sudah besar membelikan ummi sepeda motor, biar ummi bisa naik motor “. Saya tersenyum saat mendengar keinginannya membelikan sepeda motor untuk saya, tanpa saya meminta sebagai seorang ibu, putra saya ingin memberikan tanda cintanya untuk saya.

Akhirnya saya bercerita tentang seribu sehari untuk satu nyawa pagi itu bersama putra saya tercinta. Saya bercerita bahwa saya sangat kagum dengan tukang kredit langganan ibu saya saat SMA, saat saya ingin memakai jilbab ibunda saya saat itu tidak punya dana untuk membelikan pakaian panjang untuk saya kenakan. Akhirnya beliau meminta tukang kredit langganan kampung saya untuk memesan baju muslim dengan harga terjangkau. Tukang kredit itu menyanggupi dengan pelunasan yang sangat meringankan ibu saya yaitu membayar seribu sehari selama dua bulan. Akhirnya saya pun mempunyai baju muslim yang saya inginkan walaupun harus mencicil selama dua bulan dengan membayar seribu sehari.

Lalu saya melanjutkan cerita pagi itu sambil saya membuka lemari dan mengeluarkan empat amplop yang diatas amplop itu tertulis ummi, abi, Ghifar dan Syifa. Saya tunjukan pada putra saya, dia bertanya pada saya apa maksud dari empat amplop tadi. Akhirnya saya mengajak dia untuk mengambil sebuah kertas putih yang saya gambar sebuah sepeda motor lalu saya letakkan di bingkai foto . Ini adalah bingkai cita-cita putra saya, dia bisa membelikan apapun yang dia inginkan dengan menyisihkan seribu sehari. Bagaimana bisa? Iya, karena tahukah kau sayang, ummimu terinspirasi tukang kredit akhirnya sejak SMA kelas dua sudah menyisihkan uang seribu sehari dengan menghitung andaikata saya adalah satu nyawa, seribu sehari berapa rupiah yang akan saya dapat dua puluh tahun lagi. Jawabannya seribu dikali tiga puluh hari dalam satu bulan dikalikan lagi dua puluh tahun ,hasilnya tujuh juta dua ratus ribu rupiah. Bagaimana kalo saya menikah, akan tambah satu nyawa lagi dan seribu pun bertambah ,amplop pun bertambah satu . Dan saat saya hamil pun amplop seribu pun bertambah lagi menjadi tiga dan akhirnya bertambah lagi jadi empat karena adiknya bertambah satu. Sampai hari ini saya sudah mempunyai empat amplop ,ummi ,abi, dan dua anak saya . Putra pertama saya sudah menyisihkan seribu selama depan tahun, adiknya selama lima tahun ,suami saya selama sembilan tahun , dan saya sudah menyisihkan sejak tahun 1994 jadi sudah tujuh belas tahun saya menyisihkan seribu sehari untuk satu nyawa.

Pondasi ekonomi sudah saya bangun dari uang seribu rupiah. Saya berdisiplin menyisihkan seribu sehari saat memulai sholat subuh, Islam mengajarkan bagaimana kita disiplin menjalankan sholat lima waktu, saya belajar disiplin membangun pondasi ekonomi keluarga saya agar saat dua puluh tahun lagi saya ingin memberikan putra putri saya sebuah modal dana agar bisa mereka pergunakan untuk membangun hidup baru bila mereka ingin menikah muda seperti saya, atau modal berdagang grosir barang, bisa juga dibelikan sepeda motor untuk mereka gunakan sebagai guru les privat panggilan. Apapun itu saya sebagai seorang ibu bangga bisa memberikan tidak hanya pelajaran akhlak, tauhid, tapi juga mengajarkan membuat pondasi ekonomi dari selembar uang seribu rupiah sejak dini. Andaikata setiap keluarga menerapkan hal yang mungkin terlihat sederhana selembar uang seribu rupiah setiap hari dalam sebuah amplop untuk satu nyawa, insya Alloh ini bukan mimpi, banyak anak – anak yang akan mempunyai bekal untuk modal pertama mereka untuk kehidupan yang lebih baik. Bila ini diterapkan dalam kelompok arisan ibu ibu akan banyak manfaat yang bisa di dapat ,mereka bisa mendirikan koperasi simpan pinjam dengan setiap anggota menyetorkan uang seribu rupiah selama satu bulan dan tiap bulan disetorkan sebagai modal koperasi. Dan apabila setiap ibu menyisihkan seribu sehari, akan bermanfaat pada wanita yang dicerai suaminya,dan tidak ada kepanikan pada wanita yang dipoligami suaminya. Karena pondasi ekonomi sudah mereka pegang. Dua puluh tahun lagi tidaklah lama, lihat dan tataplah buah hati kita, dua puluh tahun lagi, saya rasa kita masih menginginkan mendampingi mereka. Dan cerita pagi itu saya tutup dengan memegang pundak putra saya, suatu saat nanti seribu rupiah ini akan saya berikan padamu,nak saat kau berumur dua puluh tahun, dan semoga itu bisa bermanfaat untukmu untuk belajar mandiri berusaha dari nol tanpa mengandalkan fasilitas orang tua agar bila usaha itu berhasil kau akan bangga dengan hasil usahamu sendiri. Pagi itu terasa indah karena saya sudah mengajarkan putra saya, bagaimana ibunya membangun pondasi ekonomi keluarga dengan seribu sehari untuk satu nyawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar