Pembaca setia buletin Salman, mungkin Anda pernah membaca buku yang berjudul “Doktor Cilik Hafal dan Paham Al Qur’an” yang ditulis oleh Dina Y.Sulaeman (2007). Memang segalanya tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Diantaranya untuk menganugrahkan kemampuan luar biasa pada anak yang baru berusia 5 tahun, dimana dia mampu menghafal seluruh isi Al Qur’an, bisa menterjemahkan arti tiap ayat ke dalam bahasa ibunya (bahasa Persia), mampu memahami makna ayat-ayat tersebut dan bisa menggunakannya dalam percakapan sehari-hari. Dialah Sayyid Muhammad Husein Tabataba’I yang memperoleh hidayah Allah SWT. Pada usia 7 tahun, Ia mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa dalam bidang “Science of The Retention of The Holy Qur’an”. Kita sebagai orang tua atau pendidik tentu sangat mengidamkan untuk memiliki anak seperti dia.
Blog TB/KB/TKIT Salman Al Farisi 2 Yogyakarta
"Dan hendaklah kamu sekalian takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka, oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar." (Q.S. An Nisaa' : 9)
Pendataan siswa baru tahun ajaran 2013/2014 bisa lihat di sini
Senin, 01 Februari 2010
ANAKKU..AYAH-IBU MEMAHAMIMU...
Anak dalam perspektif Islam merupakan amanah dari Allah SWT. Amanah yang diberikan langsung Oleh Allah kepada setiap orang tua. Sehingga sudah sewajarnya jika orang tua yang lebih dahulu harus memahami anaknya.
Upaya yang dapat kita lakukan dalam memahami anak-anak,
1. Menjaga Fitrah anak
Modal utama menjaga fitrah anak adalah cinta dan kelemah lembutan. Bila anak melakukan kesalahan bolehlah orang tua mengingatkan, mengkritik, namun jangan sampai merusak harga diri dan rasa percaya diri. Saat mengoreksi harus lebih menekankan pada tingkah laku anak yang salah. Ada Kisah seorang ibu yang memperlakukan anaknya dengan kasar karena anaknya mengompoli Rasulullah saw. Saat itu Rasulullah saw menegur dengan berkata “ Kalau kencing bayi bisa dibersihkan dengan air, tetapi bagaimana menghilangkan sikap kasarmu dari ingatannya?”
Upaya yang dapat kita lakukan dalam memahami anak-anak,
1. Menjaga Fitrah anak
Modal utama menjaga fitrah anak adalah cinta dan kelemah lembutan. Bila anak melakukan kesalahan bolehlah orang tua mengingatkan, mengkritik, namun jangan sampai merusak harga diri dan rasa percaya diri. Saat mengoreksi harus lebih menekankan pada tingkah laku anak yang salah. Ada Kisah seorang ibu yang memperlakukan anaknya dengan kasar karena anaknya mengompoli Rasulullah saw. Saat itu Rasulullah saw menegur dengan berkata “ Kalau kencing bayi bisa dibersihkan dengan air, tetapi bagaimana menghilangkan sikap kasarmu dari ingatannya?”
Senin, 18 Januari 2010
Menangis Lagi... Menangis Lagi...
Bunda sayang, masih ingatkah saat ananda dilahirkan di dunia ini? Kata pertama yang ananda ucapkan adalah teriakan tangisan. Meski ananda menangis sekeras mungkin tapi ananda masih ingat kalau Bunda dan Ayah bahagia mendengar tangisan ananda. “Alhamdulillah ananda lahir dengan selamat dan sehat. Sesaat kemudian terdengar Ayah menyerukan adzan di disamping telinga ananda, dengan harapan optimis karena seruan adzan tersebut mengandung makna keagungan dan kebesaran Allah SWT serta syahadat yang menjadi syarat utama bagi seseorang yang baru masuk islam. Tuntunan pengajaran ini menjadi perlambang Islam bagi ananda saat dilahirkan ke alam dunia.
Langganan:
Komentar (Atom)